Trip to Bandung: Nyaris Gabisa Balik

Holaa, setelah vakum dari dunia per blogger-an hampir 3 bulan lamanya, akhirnya saya kembali. Am I sound like the busiest person in the world? Kind of... hahahaha
Jadi ceritanya setelah saya diterima bekerja, saya langsung ditempa oleh berbagai jenis kegiatan. Saya bahkan gapunya waktu banyak bersama keluarga, it was so fast. Habis pengumuman, cuma selang beberapa hari harus langsung ke Jakarta, kemudian mengikuti kegatan kesamaptaan (re: latihan menjadi prajurit berasa tiap hari mau tempur), kemudian diikuti orientation training sebagai kayawan baru di Bogor, dan kemudian OJT. 

Berhubung kegiatan OJT saya dimulai dari kantor pusat, which is itu ada di Jakarta, ga afdhol rasanya melewatkan waktu hanya tidur-tiduran di kos. Karena kalo udah di Jakarta kemana-mana jadi gampang, ga perlu bayar mahal untuk biaya transportasi. Jauh beda ketika saya stay di Padang, dimana saya harus membayar lebih mahal untuk biaya transportasi. 

Tepatnya pada tanggal 29 Desember 2018 lalu, saya dan teman-teman (sesama uni-uni Minang+Anna Kose+Inyong alias ipoel) memutuskan untuk ke Bandung. Ga lama-lama, kita cuma stay di Bandung 2 hari 1 malam. Kita berangkat tanggal 29 (Sabtu) pagi sekitar jam 6 dengan travel. Kenapa kita ga naik kereta aja? Kita udah ga kebagian tiket karena terlalu lama mikir-mikir ke Bandungnya mau tanggal berapa. Banyak yang bilang sih kalo ke Bandung weekend pake mobil itu bunuh diri karena pasti macet banget. Tapi alhamdulillah berkat doa dari ibu-ibu kita di rumah, perjalanan ke Bandung boleh dikatakan lancar jaya, macet sih ada, tapi cuma di Tol Cikampek, itupun karena lagi ada pembangunan disana dan menyebabkan ruas tol nya menyempit. Kita sampai di Bandung sekitar jam 10.30. FYI, kita naik Baraya Travel ke Bandung, dengan ongkos 88k/orang, kita naik dari Pramuka dan turun di Jalan Suropati. 

1. Penginapan

Kriteria kita dalam memilih penginapan adalah yang lokasinya strategis, penginapannya nyaman, muat banyak karena kita pergi berlima, dan tentunya ramah di kantong. Setelah membandingkan berbagai penginapan yang ada di beberapa situs pencari, kita akhirnya memutuskan untuk menggunakan salah satu penginapan yang ada di Air BnB. Air BnB ini konsepnya seperti rumah atau apartemen yang disewakan, murah, muat banyak, dan desain interiornya juga lucu-lucu kadang. Tapi kekurangannya adalah payment method nya belum support untuk pembayaran via transfer bank, jadi harus punya kartu kredit. Syukurnya, si Anna punya CC dan dia dengan senang hati jadi PIC booking akomodasi disana. 
Pilihan kita jatuh ke "Pavilion 19" yang terletak di Jl. Waspada No.19, Pasteur, Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat 40161. Rumahnya cozy banget karena didesain sedemikian rupa oleh si empunya rumah yang kebetulan adalah sepasang suami istri yang berprofesi sebagai arsitek. 


Tampak depan dari kamar kita, fotonya ku ambil di google, karena lupa motoin

ini bagian samping rumah, sekaligus jadi tempat sarapan

ini kamarnya, luas sekali


Note: Biaya sewa 1 malam nya adalah 415.000. Di rumah ini punya dua buah kamar yang disewakan.

2. Cihampelas Walk


Karena kita jarang-jarang ke Bandung, ga afdhol rasanya kalo ga ke Ciwalk. Perjalanan dari penginapan ke Ciwalk sekitar 10 hingga 15 menit. Di Ciwalk kebetulan lagi ada bazar makanan, jadilah kita makan siang disana. Foto-foto sebentar, lalu balik lagi ke penginapan. Kita masih butuh istirahat, soalnya Jumatnya masih kerja, dan bangun masih pagi sekali karena mau ngejar travel ke Bdg. 


3. Terperangkap di Alun-Alun

Malam harinya, habis sholat maghrib, kita bingung mau ke mana. Sebagai koordinator, yang ada di pikiran saya adalah makan dan makan. Bdg is about culinary. Setelah nanya-nanya sekitar, akhirnya kita memutuskan untuk ke alun-alun. Dan benar saja, Bdg adalah surga nya makanan, berbagai makanan mulai dari yang rasanya sangat Nusantara hingga yang ke western2an pun ada. Kebetulan di dekat alun-alun sedang ada festival makanan, jadilah kita makan malam disana. Saya paling suka dengan konsep street food daripada restaurant. Karena menurut saya vibe nya lebih seru dan makanan yang dijual pun sangat variatif. Harga makanan disini sekitar 10-25k aja per porsinya. Karena ini streetfood, makanya temen-temen harus pintar-pintar cari tempat duduk. Yang ga enaknya disini adalah pengamen yang seolah memaksa kita buat ngasih uang, ga peduli suara mereka enak apa cempreng. Kita pernah percobaan gimana coba kalo kita ga ngasih uang, dan ternyata selama kita blm ngeluarin receh mereka juga gabakal pergi. We lose !

Ternyata jalan-jalan ke pusat kota Bandung di hari weekend dan h-beberapa hari menjelang tahun baru bukanlah pilihan yang baik. We get trapped in traffic! Mau kemanapun yang dilihat hanyalah lautan manusia. 

Oiya, jalan Braga juga satu kawasan dengan alun-alun, jadi both alun alun dan jalan Braga bisa dikunjungi berbarengan.

4. Hampir gabisa pulang dari Dago Dream Park
Tepat di hari minggu paginya, kita search objek wisata yang ga begitu jauh dari penginapan. Setelah mengumpulkan informasi, kita memutuskan ke Dago Dream Park, karena ini yang paling dekat dari penginapan. Kita tanya owner penginapan kita rute kesana dan kira-kira macet apa nggak. Beliau bilang sih biasanya agak macet. Kita bilang gapapa, karena kita udah siap dengan segala kemungkinan itu, namanya aja liburan weekend akhir tahun. Di maps, untuk menuju Dago Dream Park hanya setengah jam. Jadi kita bikin asumsi sendiri, semacet-macetnya jalan paling banter juga 2 jam. Kita akhirnya order grabcar kesana, dengan ongkos 50k. 

15 menit pertama di perjalanan masih lancar, namun kemudian jalanan menjadi sangat-sangat macet hampir gabisa gerak. Apalagi pas udah memasuki kawasan Dago. Jalan ke Dago relatif kecil, dan rutenya pun susah karena penuh dengan tanjakan. Kalo saya yang nyetir disini mungkin saya akan menyerah di tengah jalan. Ga satu atau dua mobil yang mogok, bau kampas rem dan kopling hangus udah kecium dimana-mana.

Saking macetnya, kita bahkan bisa sambil jajan di tengah jalan. Kita yang ada di mobil semua suka makan, jadilah kita jajan mulai dari cilor hingga rambutan, persis seperti emak-emak.Akhirnya setelah menempuh perjalanan hampir 3 jam, kitapun sampai di Dago Dream Park. Salute untuk si akang driver grabcar yang sabar menghadapi macet dan salute untuk driving skill nya yang juga warbiyasah!

Dago Dream Park ini konsepnya theme park yang ada di alam gitu. Mungkin yang terkenal disini adalah Karpet Terbangnya yang instagrammable. Kita awalnya mau nyobain ini, tapi karena antrian panjang akhirnya memutuskan untuk mencari alternatif lain. Jadilah kita nyobain bus tour keliling area dan naik kuda disana. 

Jam 3 sore kita sepakat untuk balik ke penginapan, mau ngambil barang-barang yang kita tinggalin tadi pagi. And the challenge was begin here! Ga ada grabcar maupun gocar yang mau pick up kita karena jalan kesini yang macet banget. Akhirnya kita mencoba beralih ke grab bike. Dan itupun butuh perjuangan sampai ada yg accept order kita. Yang bikin makin deg degan adalah sinyal telkomsel pun hilang timbul. Untung ada Dila yang make Indosat, thanks to Indosat for saving our lives. Maapin Dil, ku selama ini sering menghina-hina provider mu. 

Saking khawatir gabisa pulang, saya sampai  bahagia begitu ada yg accept hingga saya bilang begini ke si akang grab " Kang gapapa saya nunggunya lama, tapi yang penting jangan di cancel ya Kang"

Sebenernya disini ada ojek pangkalan yang dengan senang hati mengantar kita ke penginapan, tapi tarif nya masyaallah mahalnya, 54k per orang, dan sebagai uni-uni Minang, kalkulator berjalan yang penuh keoptimisan untuk mendapatkan grab, kita gamau pake jasa mereka. 


di salah satu spot gratis di Dago, monmaap ipoel yang selalu jadi fotografer andalan, yang sangat sabar diomelin Fadilah kalo fotonya ga perfect
si permadani terbang (yg di foto bukan pacar saya), credit to google

5. PVJ Mall

Saya pikir konsep yang memadukan tempat belanja dan nature itu sangat menarik. Karena pengunjung bisa merealisasikan dua keinginan dalam satu waktu. PVJ adalah destinasi terakhir kita sebelum pulang ke Jakarta dan ini suggested by Fadilah. Disini, kita ga belanja, cuma foto-foto dan menikmati pemandangan di lantai paling atas mall yang ada kebun bunga matahari dan air terjun nya. 

Hanya saja, pas kita kesini si bunga matahari masih balita, jadi masih pendek-pendek, kayanya sih juga baru ditanam ulang. Berkunjung ke sini siang ataupun malam sama-sama seru, vibe nya beda. Kalo siang foto bakal lebih clear, efek yang dihasilkan lebih ceria, kalo malam atmosphere nya lebih romantic. FYI, tiket masuk ke sini seharga 10k/orang.


Pose antara senyum dan ga senyum biar ala-ala Maudy Ayunda, tapi jadinya foto kayak Maudi Amuk Masa


kalo foto-fotonya aneh sampai tidur-tiduran di rumput, itu idenya saya
Setelah selesai dari PVJ, kita langsung ke Stasiun Bandung karena kereta kita ke Jakarta adalah jam 22.30. Sekian cerita liburan singkat a.k.a ngalor ngidul ga jelas ke Bandung. Semoga liburan depan bisa lebih terencana dan lebih seru. Thanks for Dila, Fadillah, Anna, and Ipoel, you made my day! Ayo, next trip kita kemana?


Comments