Real Story : My Horror Experience

Awalnya mau bikin postingan ini tepat di Jumat Kliwon biar lebih berasa gitu horornya, tapi gajadi karena kalo nunggu jumat kliwon kayaknya kelamaan. takut ini feel buat nulis kian memudar. Jadi sekarang aja saya mulai ceritanya ya. 

Well, saya sebenern tipikal orang yang ga begitu percaya adanya hantu dan segala macam. Saya percaya bahwa mereka ada, tapi di dunia yang berbeda sama manusia. Sayapun juga bukanlah tipikal yang paranoid a.k.a penakut. Malahan sebenernya cendereng agak berani. Horror movie is one of my favorite, and I dont mind to watch it alone. 

Oke, kayaknya cukup sekian intronya, langsung ke pokok cerita. Check it out !

1. I got a goosebumps in Japan

Yang sudah baca cerita-cerita yang lain sudah tau pasti ya, kalo ini story di akhir 2016 lalu. Hanya saja di postingan lain tentang Jepang yang saya ceritakan hanya yang indah-indahnya aja. 

Jadi, kejadian ini tuh saya alami beberapa hari setelah saya sampai di kota Hiroshima, Jepang. Saya menginap di salah satu fasilitas yang ada di Faculty of Medicine Hiroshima University, tepatnya di kasumi campus. Gedung yang saya tempati ini namanya Kouhjin Kaikan. Gedung ini tediri dari 3 lantai dimana lantai 1 dan 2 adalah convention room, dan lantai 3 ada beberapa kamar. 



Awalnya saya mengira bahwasannya hanya di lantai 1 lah meeting room nya, sedangkan dua lantai sisanya diisi oleh kamar-kamar yang mirip dengan hotel. Overall tempat saya menginap ini lumayan bagus, meski termasuk bangunan lama tapi sangat terawat. Saya juga suka deign architecture nya yang bergaya classic. Letaknya juga sangat dekat dari tempat saya belajar, hanya 5 menit, plus harganya yang bersahabat karena gedung ini tidak dikomersilkan untuk umum. 
Singkat cerita, di beberapa hari pertama, saya sangat yakin kalo disini punya banyak kamar dan juga lumayan banyak yang menginap (saya tidak terlalu bertanya detail ttg info ini ke pihak kampus). Dugaan ini kuat karena ketika malam sekitar jam 10 keatas, saya sering mendengar langkah kaki orang, seperti bunyi sepatu pantofel pria. Dan hal ini tidak terjadi sekali dua kali, cukup sering. Saya juga tidak berniat keluar dari kamar untuk memastikan itu siapa, saya positive thinking "oh itu mungkin karyawan atau tamu-tamu yang tadinya meeting di bawah"

Namun seketika semua perkiraan saya itu salah besar setelah saya bertemu dengan seorang ibu yang setiap harinya merapikan kamar saya, Kebetulan hari itu, saya balik lebih cepat dari biasanya. Saya melihat Ibu tersebut sedang merapikan ruangan lain, saya pun menghampiri beliau karena kebetulan saya ingin mengembalikan baju tidur yang terlalu banyak ditaro Ibu tersebut dikamar saya. 

Sambil ngobrol, walaupun si Ibu terbata-bata menggunakan bahasa inggris, tapi beliau sangat ramah dan menjawab setiap pertanyaan saya. Kira2 begini percakapannya :

Saya : How many people stay in this building now?
Ibu Penjaga : Only You

Saya kaget, namun saya tanyakan lagi apakah benar tidak ada yang menginap pada saat hari pertama saya datang? Dan dengan yakinnya si Ibu menjawab tidak. Kemudian saya tanyakan lagi ada berapa kamar di gedung itu, dan ternyata hanya ada 5 kamar yang semuanya terletak di lantai 3. 

Hal yang membuat saya semakin paranoid adalah kamar saya yang terletak paling ujung dari lorong. Saya recall memori beberapa hari lalu, kemudian timbul pemikiran, jika kamar saya paling ujung logikanya tidak akan ada yang berjalan melewati kamar saya dan ini sangat bertolak belakang dengan bunyi langkah kaki orang yang melintasi kamar saya. 

Sejak kejadian itu, saya cerita ke teman-teman satu departemen dan dari sanalah saya tau bahwasannya itu adalah bangunan lama. Sialnya adalah saya mengetahui fakta ini terlalu cepat dan masa stay sama masih cukup lama. Saya yang biasanya jika kembali lewat dari jam 7 malam, dimana lift ke atas sudah dinonaktifkan dan hanya tersedia tangga manual, yang awalnya selalu santai saat melintasi tangga seorang diri tiba-tiba jadi ingin mempercepat langkah dan anti untuk melihat ke belakang. Saya yang biasanya suka pergi ke laundry malam karena lebih sepi mendadak takut kaena harus turun kebawah dan balik sendirian. 

Pokoknya mulai dari hari itu, jam tidur saya mulai terganggu. Sebelum tidur saya selalu minta di video call oleh teman atau keluarga sampai saya ngantuk, biar ga berasa sendiriannya. 
Begitupun pas mandi, saya yang biasanya menikmati prosesi mandi air hangat karena cuaca sangat dingin, tiba-tiba takut di kamar mandi. Saya jadi takut ketika kaca di kamar mandi buram karena hawa air panas, kebayang gimana seandainya pas saya ngebersihin kaca keliatan wajah yg lain dan bukannya wajah saya? Kayak semua scene kamar mandi di film horror muncul ke memori saya. 

Untungnya, setelah kejadian ini, temen-temen saya di kampus sering nganterin saya sampe ke kamar kalo kami pulang malam. saya pun sebisa mungkin ga mau lama-lama stay di kamar dan prefer ke apartemennya teman atau hanya sekedar hang out bareng temen, biar saya ga terlalu takut di kamar sendirian. 

2. Mendengar suara nenek-nenek di tengah malam

Kejadian ini sekitar awal 2017 lalu. Saat itu, saya sebagai mahasiswi jurusan Kesmas sedang menjalani kegiatan semacam KKN (tapi ini ke Puskesmas) ke daerah terpencil dan saya mendapat kesempatan untuk menajalani kegiatan tersebut disalah satu desa yang terletak di pedalaman. Bernama nagari batukambing, terletak di Lubuk Basung, Sumbar. Desa ini lumayan jauh dari jalan utama, dan jalannya pun kecil dan penuh dengan turunan dan tanjakan. Penduduk disini juga masih sepi apalagi kalo malam. 

Sebelum saya kesini, saya denger beberapa mitos, salah satunya tanjakan yg angker, karena sering menelan korban , yang kecelakaan berakhir dengan tragis disana. 
Namun kejadian yang saya alami ini tidak terjadi di jembatan yang dimaksud, melainkan di rumah yang kami tempati. 

Long story short, kami menempati sebuah rumah kosong yang biasa ditinggal pemiliknya karena bekerja di Padang. Menurut cerita orang disana, rumah ini adalah rumah tua yang sudah direnovasi dan memang sering dijadikan markas ketika ada kunjungan mahasiswa. Awalnya tidak ada yang aneh dengan rumah ini, kami cukup enjoy, karena rumahnya luas, punya 3 kamar (2 kamar yang kami tempati), dan sudah tersedia kasur. Berhubung kami ada 7 orang, jadi kamar yang paling depan diisi oleh 3 orang temen saya, dan saya beserta 3 teman lainnya menempati kamar paling belakang. 

One day, kami ada tugas kelompok yang membuat kami harus begadang. Namun, saya dan anggota kamar belakang memutuskan untuk tidur setelah tugas kami selesaikan. Sementara teman yang menempati kamar depan asyik mengobrol kira-kira hingga pukul 1 dini hari. 

Besoknya, ketika kami bangun teman-teman yang dikamar depan sangat ketakutan dan bercerita mereka mengalami kejadian aneh tadi malam. Saat itu, salah satu dari anggotanya sudah tidur lelap, dan hanya ada 2 orang yang masih terjaga dan masih lanjut ngobrol. Ketika mereka sama-sama terdiam, muncul suara perempuan yang menyebut nama salah satu dari mereka berdua. Padahal saat itu mereka sama-sama sudah diam, dan ketika ditanyakan tidak ada yang memanggil nama temannya tersebut. Sontak saja mereka diburu rasa takut, namun tidak berani berteriak. Mereka langsung ambil alquran, sementara yang lainnya menyalakan handphone dan menyetel bacaan alquran . 

Ketika kami coba bercerita dengan salah seorang bidan di PKM tersebut yang katanya "bisa ngeliat", si bidan itu bilang bahwasannya itu suara nenek si empunya rumah yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Kejadian inipun juga tak sekali terjadi, sebelunya juga ada mahaiswa yang mengalami. 

Sejak saat itu, seisi rumah jadi mendadak penakut, termasuk saya yang biasanya berani ke toilet sendirian walaupun gelap, jadi harus bangunin temen disamping dulu buat nemenin. 

Hikmah yang diambil dari kejadian ini adalah teguran untuk kami yang masih asyik mengobrol disaat yang seharusnya digunakan untuk tidur. Dan barangkali hal ini tidak disukai oleh si penunggu rumah. Hikmah yang lain juga mulai saat itu kami jadi rajin ngaji sehabis sholat Maghrib.

Sekian cerita saya. maafkan kalo terlalu panjang.

Comments